Menubar

Rabu, 18 November 2009

Imperium Majapahit dan Bekas Nusantara


Di tengah samudra ini, terbentang pulau-pulau. Dulu gugusan pulau ini pernah menjadi Imperium Nusantara yang diperhitungkan dunia, tidak kalah dengan Persia, hampir menyamai romawi di masa kejayaannya. Sekarang... itu tinggal cerita, memang masih layak untuk diceritakan kepada anak-anak kita, negeri-negeri kecil bekas pecahan Imperium Nusantara ini sekarang sudah tidak lagi satu, terbagi-terbagi menjadi teritori-teritori kekuasan politik yang juga terbelah-terbelah menghadapi ganasnya globalisasi yang membuat mereka hancur dan kehilangan identitas.
Di masa kejayaannya, imperium ini menjadi kiblat perdagangan dunia, menghasilkan kekayaan alam yang tidak bisa didapati di negeri manapun di dunia, tidak heran, banyak bangsa dan negeri yang datang untuk membangun kerja sama dengan imperium ini. Di masa kejayaannya pula, imperium ini menjadi sentral gerak dunia yang menggerakkan arus dunia kepada dirinya, kekuatan maritimnya yang sangat besar mampu mengamankan seluruh wilayah yang dikuasainya dari setiap kekuatan yang mengancam wilayah kekuasaan dan armada dagangnya.
Imperium Nusantara itu adalah Majapahit yang akhirnya hancur karena perselisihan dalam negeri yang melibatkan perang tak habis-habisnya dan meluluh lantahkan armada perang laut dan darat mereka, perang tragis itu adalah perang paregreg, perang sesama keturunan kaisar majapahit yang haus akan kekuasaan pribadi dan melupakan kejayaan imperium nusantara.
Setelah sekian ratus tahun nusantara ini sudah tidak lagi menjadi imperium besar dunia, situasinya belum berubah, nusantara tidak lagi menjadi arus besar yang menjadi roda gerak peradaban dunia, nusantara bukan lagi kekuatan ekonomi yang mampu menghasilkan barang-barang yang tidak bisa di dapat di seluruh negeri, nusantara sudah tidak lagi memiliki armada laut yang ditakuti, bahkan untuk sekedar mengamankan gugusan pulau-pulau yang dikuasinya kini, ia sudah tidak lagi mampu, rakyatnya kini terbelenggu dalam penindasan gaya baru yang penindasan itu tidak mereka sadari, rakyat di bekas nusantara ini sudah kehilangan yoni-nya di mata peradaban dunia. Kelompok-kelompok penguasa yang elitis di nusantara ini bahkan tega menjual negeri ini ke tangan bangsa lain demi keuntungan pribadi mereka, menurutku meereka memang tidak pernah memiliki semangat dan niatan untuk melepaskan bekas nusantara ini dari penjajahan gaya baru tersebut, apalagi mengantarkan mereka mencapai kejayaannya seperti pada masa di mana seluruh gugusan pulau di nusantara ini menjadi satu dulu, mereka tidak pernha mewarisi semangat itu.
Bekas nusantara ini adalah Indonesia. Yang secara konsep kemerdekaan pun sudah salah sejak awal, harusnya kalau gugusan nusantara ini menginginkan kemerdekaannya dari penjajahan bangsa asing, maka seharusnya ia harus merdeka bersama bangsa-bangsa yang serumpun dengan mereka, salah seorang pejuang kemerdekaan yang bernama Tan Malaka menyebut konsep tersebut dengan ASLIA. Itu dulu semasa revolusi kemerdekaan, walaupun akhirnya konsep tersebut gagal dan tidak pernah terealisasi hingga kini. Dan bahkan walaupun bekas nusantara ini sudah menyatakan kemerdekaannya dan sudah diakui secara defacto dan dejure, rakyat di bekas nusantara ini tidak pernah benar-benar merdeka, masih saja terbelenggu penjajahan asing.
Betapa tragis nasib gugusan nusantara ini. Mungkin masa ini memang bukan masa yang mampu mengantarkan guguasan nusantara ini mencapai kejayaannya, tapi bagaimanpun masa itu selalu berputar layaknya sebuah lingkaran simetris, menempatkan materi yang ada di dalamnya dalam sebuah situasi yang tidak akan pernah sama dalam setiap detiknya, karena benda-benda selalu berubah dan tidak pernah sama saat kita melangkah keesokan harinya, masa itu satu waktu kelak akan datang dan setiap orang yang ada di gugusan nusantara ini harus siap menyambutnya…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar