Menubar

Jumat, 20 November 2009

HEGEMONI PEMILIK MODAL DAN KEBUNTUAN GERAKAN KERAKYATAN

Ketidakadilah dalam tatanan system hidup kita begitu sangat kentara, kita semua tau dari media massa bahwa betapa bobroknya pimpinan elit pemerintahan kita, kita pun semua tau yang selalu menjadi korban adalah rakyat mayoritas yang tidak benar-benar memahami bagaimana system tersebut bekerja dan menghegemoni mereka, ada banyak factor dan penjelasan terkait apatisme massa terhadap system social. Hanya walaupun ketidak adilan itu begitu sangat kentara, rakyat belum bias mengkongkretkan ketidak adilan itu dalam bentuk yang gambling dan mudah dimengerti oleh setiap lapisan masyarakat. Disini tidak dapat dipungkiri bahwa kesadaran rakyat masih terbelenggu oleh propaganda-propaganda elit penguasa, nampaknya apa yang dipaparkan oleh Gramsci tentang hegemoni memang sangat relevan dalam kehidupan kita hari ini, bahwa ada kekuatan yang mengendalikan setiap aspek dari diri kita, pemikiran, sikap, dan tindakan, semuanya seperti serba terkendalikan sebagaimana sekenario yang direncanakan oleh elit penguasa dan para pemilik modal. Dan gerakan massa belum mampu merespon situasi ini dan kemudian melahirkan terobosan-terobosasn baru untuk melepaskan seluruh rakyat dari belenggu kekuatan ini.

Siapa yang tidak tau kalau bumi nusantara ini menyimpan kekayaan alam yang sangat besar, siapa yang tidak tau kalau tanah nusantara ini selama beberapa abad menjadi rebutan bangsa asing karena kesuburannnya, siapa pula yang tidak tau bahwa perairan nusantara ini menyimpan potensi laut yang sangat kaya, semua tau itu. Siapa pula yang tidak tau bahwa dengan kondisi geografis yang begitu kaya dan strategis, manusia yang hidup didalamnya masih terbelenggu kemiskinan, bahkan ancaman kematian karena kelaparan begitu familiar di telinga kita, tentu kita ingat masyarakat di beberapa distrik Irian Jaya menderita kelaparan karena gagal panen, siapa pula yang tidak tau kalau di Irian Jaya pula terdapat tambang emas dan uranium (Freeport) yang sangat besar tapi dikuasai oleh orang asing, seperti halnya Newmont di NTB. Kita tau itu, dan kita tau pula bahwa kondisi seperti itu tidak seharusnya terjadi. Berulangkali tariff BBM naik karena kebijakan pengelolaan energi dan mineral yang salah kaprah, dan bahkan dalam waktu dekat ini, tariff dasar listrik juga akan dinaikkan sebagai konsekwensi setelah PLN diliberalisasi, semuanya terjadi begitu saja, elit pemerintah tidak pernah benar-benar serius berkepentingan untuk menciptakan kesejahteraan seluruh rakyat, mereka hanya perduli dengan perut mereka sendiri.

Kemudian, dalam keterkaitannya dengan semua itu, ada kebuntuan yang sampai sejauh ini belum bias dipecahkan oleh gerakan kerakyatan dalam melawan ketidak adilan tersebut. Fakta yang tidak bias dipungkiri sekarang adalah bahwa massa awam tidak akan mampu keluar dari situasi ini jika tidak ada terobosan-terobosan maju dari gerakan-gerakan termaju dalam lapisan mereka, tidak bisa menghindar pula, bahwa propaganda-propaganda yang dilancarkan oleh kelompok elit dan pemilik modal masih mampu membelenggu kesadaran kritis rakyat, sementara di dalam gerakan kerakyatan sendiri masih belum bisa menciptakan inisiasi untuk memecahkan belenggu hegemoni tersebut. Mudah dimengerti kenapa situasi seperti ini terjadi, pukulan terhebat bagi gerakan adalan terfragmentasinya gerakan mereka, dalam situasi seperti ini gerakan-gerakan kecil-kecil di daerah-daerah tidak mampu membangun inisiasi persatuan luas untuk mengatasi kelemahan di dalam diri mereka, apakah disebabkan karena kehendak persatuan yang lemah atau karena kelemahan managemen organisasi, atau karena ketidak mampuan mereka merelevansikan gerakan mereka dalam memilih isu-isu yang dipropagandakan.

Tak dapat dipungkiri bahwa situasi ini menciptakan situasi psikologis kejenuhan dan kelesuan, semangat perjuangan tertempa disini, di tengah situasi yang sangat liberal dan apatis dan gerakan-gerakan revolusioner yang mati.

Keluwesan kita dalam membangun kebersamaan yang lebih luas, membuka gerakan kita dengan situasi-situasi yang bahkan benar-benar berbeda dan asing, kemampuan menganalisa san menyimpulkan situasi yang berkembang dengan tetap tidak melupakan bahwa gerakan kita memiliki tujuan dan substansi, ini mungkin bisa menjadi alternative pemecah kebuntuan dimana dalam beberapa situasi memang masih terlihat dengan jelas kekakuan gerakan kerakyatan dalam merespon isu-isu kerakyatan saat berhadapan dengan gerakan-gerakan social lainnya. Upaya ini mau tidak mau harus dilakukan dalam rangka memperluas persatuan yang dikehendaki, jika kita tidak bisa keluar dari situasi seperti ini, belenggu psikologis dan hegemoni akan semakin kuat mempengaruhi gerakan dan secara pasti menggerogoti dan merusaknya dari dalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar