Dalam banyak kitab suci dikatakan bahwa manusia memang diciptakan berbeda-beda, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, dan bukan hanya perbedaan yang sifatnya primordial, tapi banyak perbedaan lain yang sifatnya turunan dari hasil dialektika budaya manusia. Nah, agama adalah satu substansi dimana manusia juga berbeda-beda dalam menjalankannya.
Dalam banyak literatur dikatakan bahwa perbedaan adalah sumber kekuatan, ya.. dalam satu situasi saya menyepakati pernyataan itu, tapi dalam situasi lain perbedaan yang menjadi dasar dari berkembangnya kebudayaan manusia, justru seringkali menimbulkan konflik dan perang yang berkepanjangan. satu contoh konflik yang berlatar belakang perbedaan bisa kita ambil adalah apartheid, atau banyak pembunuhan massal yang dilakukan karena latar belakang perbedaan seperti peristiwa Ruwanda, holocus di jerman, atau peristiwa pembantaian pada tahun 1965 di indonesia, atau peristiwa perang salib di abad 11-12 masehi, semua peristiwa diatas berlatarbelakang perbedaan. atau yang relatif baru dalam perspektif pandangan modern hari ini, adalah perang antar negara seperti perang dunia satu dan dua, apapun motivasi yang melatarbelakanginya, satu sebab yang bisa kita catat dari peristiwa besar itu, coba kita teliti lagi lebih mendalam, adalah karena perbedaan.
Lebih lanjut saya ingin mengatakan bahwa perbedaan itulah memang yang menjadi latar belakang konflik antar sesama manusia, perang, pembantaian, perebutan kekuasaan dan ekonomi yang melahirkan pertumpahan darah, adalah berlatar belakang perbedaan, termasuk dalam hal ini adalah perbedaan agama. setiap pandangan, agama, ideologi, cita-cita, atau pandangan dunia (welstanchaung) memang tidak bisa disalahkan, memang manusianya lah yang salah, tapi peranan pandangan yang tidak obyektif dalam memetakan materi (pandangan yang keliru) juga pasti akan memberikan efek legitimit dalam proses terjadinya konflik kemanusiaan. dalam perspektif marxian memang praksislah yang menentukan, tapi peranan ide dalam memimpin arah gerak materi yang akan menjadi panduan tidak kalah besar. kita semua harus memiliki ide yang memimpin kita untuk mencapai cita-cita, bukan semata-mata kita, tapi seluruh umat manusia harus memiliki kepemimpinan ide untuk mencapai tatanan masyarakat ideal dan yang diinginkan.
Dalam konsili vatikan ke-II katolik merombak fondasi pandangan filosofisnya, mereka mengatakan bahwa keselamatan itu bukan semata-mata ada di gereja, tapi keselamatan bisa didapatkan di luar gereja, yang berarti mereka meyakini bahwa keselamatan juga ada dalam agama-agama lain di bumi ini. terlepas dari apakah pandangan ini salah atau tidak, yang pasti kita patut mempertimbangkan aspek pluralitas yang sangat kental terdapat dalam pandangan baru tersebut, bahwa keselamatan setelah kematian bukan lagi menjadi monopoli agama tertentu, tapi menjadi hak manusia yang berbuat kebajikan di bumi ini.
kita membutuhkan tatanan baru, ideologi baru, pandangan dunia baru, cita-cita baru yang mampu mengeliminasi setiap pandangan dunia yang sudah lapuk dan tidak lagi bisa menjadi sandaran bagi umat manusia dalam melangsungkan kehidupan yang harmonis, tatanan dimana primordialitas sudah tidak lagi diperhitungkan sebagai sebuah substansi yang saklek, tapi terbuka dengan setiap perbedaan yang berdasarkan pada pandangan dunia yang terbuka pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar