Melihat sengketa di negeri ini ibarat melihat hijaunya dedauan di negara bermusim tropis, jadi seperti hal biasa meskipun bukan pemandang elok yang menyegarkan. Setiap hari perasaan, hati dan nurani kita senantiasa terusik dibuatnya, tapi apa daya kita hanya bisa melihat dan tak mampu berbuat apa-apa guna membantu saudara-saudara kita yang teraniaya.
Situs pemakaman Mbah Priok atau Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad adalah penyebar agama Islam di Jakarta Utara pada abad ke-18. Mbah Priok terkait erat dengan sejarah Jakarta, namanya menjadi asal mula daerah Tanjung Priok yang kita kenal sekarang. Tetapi atas nama kepentingan ekonomi makam itu akan dibongkar dan dipindah ke lokasi pemakaman yang lain, arti dan makna sejarah yang tersimpan telah diabaikan.
Areal makam itu berdiri di atas lahan milik PT Pelindo II sesuai dengan Sertifikat Hak Pengelolaan No 1/ Koja Utara seluas 1.452.270m2. Namun ahli waris mengklaim lahan itu sebagai miliknya berdasarkan verklaring No 1268/RB pada 19 September 1934. (sumber) : berita8.com/Rabu 14 april 2010). Berbagai data dan informasi kuno atas areal itu telah diselesaikan dalam ranah hukum, ranah yang telah bisa diatur oleh pemerintah rezim reformasi untuk memenangkan perkaranya.
Terlepas dari sengketa yang menyelimutinya, apakah kepentingan ekonomi telah membutakan hati-nurani kita dengan mengabaikan makna kesejarahan penyebaran Islam di di Jakarta Utara. Walau bagaimanapun, hamba Allah yang terbaring diperistirahatannya pernah berjasa dalam penyebaran Agama Islam di wilayah Jakarta Utara sehingga julukannya diabdikan menjadi daerah yang kini dikenal sebagai Tanjung Priok.
Ternyata, para petinggi di pemerintahan DKI Jakarta cuma berteriak dan mengaku bahwa dirinya “anak Betawi”. Toh, makam guru dari guru dari guru ngajinye yang sekarang entah generasi ke berapa telah diinjak-injak harkat dan martabatnya. Hanya untuk kepentingan dunia yang fana (yang katanya mahluk ekonomi) telah mengusik ketenangan dan ketenteraman beliau.
Haruskah situs bersejarah itu dikorbankan untuk kepentingan ekonomi? Mungkinkah bangsa ini (umat Islam khususnya) sudah lupa (tidak peduli) sejarah asal-muasal leluhurnya menjadi muslim. Apakah bangsa ini lupa sejarah?
Berita terkait tragedi tanjung priok :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar