Menubar

Kamis, 13 Februari 2014

Ketika Hidup dalam Persimpangan

Yang paling kami takutkan dalam hidup ini adalah saat kami telah terlibat dalam sebuah pekerjaan sementara hati kami tak sepenuhnya memiliki keyakinan untuk sukses dalam bidang pekerjaan tersebut, walaupun tak separah itu, mungkin sekarang kami sedang mendekati kondisi tersebut, kondisi ini benar-benar menjadi tekanan yang hebat. Kami menganggap bisnis yang kami jalani saat ini bukan sekedar sebagai pekerjaan, lebih jauh dari itu kami menganggapnya pertaruhan, langkah awal yang penuh keraguan dalam hal ini sama saja dengan perlahan-lahan mengerogoti pondasi yang sudah kami bangun sebelumnya, dan ini bukan hanya menghambat, tapi juga mengancam kami secara keseluruhan.
Dulu kami melihat apa yang kami kerjakan saat ini adalah sebagai sebuah peluang penting dan boleh jadi menjadi langkah awal loncatan pada bisnis yang sedang kami kerjakan saat itu. Nampaknya perjalanan tak sepenuhnya seperti yang kami bayangkan, ada banyak kendala dan pergeseran pemikiran, kendala sendiri bagi kami bukanlah sebuah masalah serius, ia adalah sebuah tantangan yang akan menjadikan bisnis kami semakin dinamis, yang paling berat kami rasakan justru pergeseran pemikiran karena ia menyerang tepat pada jantung pertahanan. Kami belum sepenuhnya bisa mengidentifikasi kondisi ini, apakah karena kelesuan pasar yang menyebabkan terbersit sebuah pemikiran untuk beralih menjalankan cita-cita lama yang sempat terhenti dulu, kami belum bisa mengidentifikasinya.
Beberapa waktu yang lalu kami sempat membaca sebuah artikel bisnis di kompas.com yang menceritakan kesuksesan seorang wanita pada bisnis yang ditekuninya, ternyata rahasinya adalah dia menganggap pekerjaan apapun yang tengah dilakukan sebagai pekerjaan yang akan dilakukannya seumur hidup, kami membenarkan pernyataan tersebut, tak mungkin seseorang bisa sukses tanpa memiliki keyakinan bahwa bisnis yang digelutinya adalah jalan hidupnya. Maka jika saat ini kami sedang mempertanyakan keyakinan kami dalam pekerjaan ini, rasanya kesuksesan itu tak akan kami dapatkan.
Bagi kami sendiri pantang untuk menarik kembali keputusan yang sudah dipertimbangkan masak-masak dan akhirnya diambil, kenyataan seperti itu rasanya seperti menyerah kalah terhadap tekanan bisnis dan itu berarti kami gagal dalam satu tahap ujian hidup. Dan kami sadar menyerah itu bukan semata soal keputusan atau untung dan rugi, tapi soal mentalitas yang merupakan gambaran kepribadian. Berulangkali kami terlibat dalam pertarungan di dalam diri bahwa selagi dalam kami dalam keraguan, itu sama saja dengan menyia nyiakan waktu yang tak akan pernah dapat ditarik kembali, sementara dorongan untuk mengambil langkah baru terus-menerus membuat hati kami bimbang.
Dan kami perlu juga menyampaikan, bahwa ini bukan semata-mata hanya menyangkut pertimbangan rasional dan pengambilan keputusan bisnis, di dalamnya juga kait-mengait persoalan pribadi yang belum tuntas, ego dan keinginan yang bukan bersumber pada rasionalitas turut mengambil bagian dalam ruwetnya persoalan ini, maka kejernihan pikiran dalam melihat persoalan ini benar-benar sangat dibutuhkan, sementara kau tau bahwa sebagian besar kehidupan manusia itu ditentukan oleh bukan yang rasional dan sadar, tetapi justru di bawah pengaruh alam bawah sadar yang sangat sulit dikendalikan.
Kami sebenarnya tak melihat sebuah kelemahan apapun terhadap bisnis yang kami kerjakan saat ini, karena itu dulu kami pun sangat bersemangat memutuskan dan menjalankannya, walaupun saat itu kami juga menentukan jangka waktu dalam melaksanakan kegiatan bisnis ini, agar kami dapat mengevaluasinya kelak dan dari padanya kami dapat mengambil keputusan lagi. Tapi kau tau keyakinan itu mudah saja digoyahkan dan kami merasa di dalam hati kami bahwa kami harus bersabar terhadap situasi ini sambil menciptakan peluang-peluang baru dan menjalankan scenario bisnis yang sudah kami rencanakan, walaupun kami benar-benar dalam kebimbangan, tapi kami tak dapat membohongi hati kecil kami agar tetap bersabar dalam situasi ini.
Lebih jauh menyangkut pemikiran bisnis lain yang pelan-pelan menggeser keyakinan kami pada bisnis yang sedang kami jalani saat ini, sebenarnya kami masih memiliki peluang untuk mencicilnya dari tempat kami sekarang, walaupun memang lokasinya berjauhan, setidaknya kami bisa mempersiapkan apa saja yang diperlukan dari jauh dan dari sekarang, agar pada saatnya nanti kami tak perlu lagi mengulang dari nol. Lagipula setelah diskusi dengan seorang kawan beberapa waktu yang lalu, ternyata dia juga mengerjakan konsep yang sama dengan apa yang kami pikirkan dari Jakarta sementara lokasi bisnisnya ada di Malang, tempat yang cukup jauh dan sejauh ini dia berhasil mengelola bisnisnya, kenapa kami harus mengambil pusing dengan pikiran liar kami, yang mungkin egois dan tak rasional ini?

Akhirnya tak ada yang bisa menyelamatkan diri kami kecuali Allah dan diri kami sendiri, orang di luar dalam hal ini hanya bisa memberikan motivasi dan semangat, sementara keyakinan itu harus kami bangkitkan sendiri, iya! Membangkitkan keyakinan, karena itulah yang kami butuhkan saat ini. Rasanya kami tak pantas mengeluh seperti ini sementara banyak orang diluar sana tak memiliki banyak pilihan dan kesempatan dalam hidupnya, sedangkan kami masih memiliki pilihan dan peluang itu, kau tau itu barang langka yang tak semua orang mampu mengenalinya dan memanfaatkannya dengan baik, nampaknya kami kurang mensyukuri karunia yang Maha Kuasa anugerahkan kepada kami, barangkali itulah sumber kekacauannya.

Sebuah catatan untuk mereka yang sedang bimbang terhadap bisnis yang sedang digelutinya, apa yang sedang kau pikirikan tak lebih dari ketakutan-ketakutan tak rasional yang bersumber dari kelemahan diri dan ego kemanusiaan, segera keluar dari keraguanmu, buatlah sebuah keputusan, lakukan dengan mantap dan bersabarlah, Allah maha mengetahui hambanya yang berjuang di jalannya dan Allah tidak akan mensia-siakan mereka.