Menubar

Jumat, 12 November 2010

Makna Hari Pahlawan

Kenapa pertempuran 10 November 1945 di Surabaya mampu bertahan untuk waktu yang cukup lama, bahkan jauh lebih lama dari perkiraan Sekutu bahwa Surabaya akan dapat ditaklukkan hanya dalam waktu tiga hari. Pertempuran yang dikenal dengan hari pahlawan tersebut mendapatkan dukungan luas dari seluruh elemen rakyat waktu itu, bukan hanya rakyat Surabaya, tapi juga rakyat dari kota-kota di jawa timur berbondong-bondong datang ke Surabaya untuk memerangi Sekutu di surabaya. Walaupun pada akhirnya perlawanan rakyat di Surabaya dapat ditaklukkan, tapi peristiwa tersebut telah memicu terjadinya pertempuran melawan Sekutu di daerah-daerah lain.

Menyimak peristiwa tersebut, akan terlihat keterkaitan erat antara peristiwa 10 November dengan proses bangkitnya perlawanan rakyat, sebagai sebuah simbol peristiwa 10 November begitu berarti dalam memberikan suntikan semangat untuk membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan baru. Selain memang situasi waktu itu begitu heroik sekali, beberapa milisi rakyat yang tergabung dalam TKR (Tentara Keamanan Rakyat) telah terkonsolidasi pasca diproklamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia, maka peristiwa 10 November memicu pertempuran-pertempuran lain yang didukung oleh segenap rakyat. 

Satu poin dapat diambil dari momentum bersejarah tersebut, yaitu peran sentral dukungan rakyat terhadap perjuangan mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia, saya pikir ini adalah poin yang sangat penting jika melihat bangsa ini di era sekarang, situasi yang berbeda bisa kita lihat dimana dukungan rakyat justru seringkali tidak terjadi pada kebijakan-kebijakan pemerintah, tentu saja ini menjadi hambatan besar dalam proses pembangunan bangsa ini mendatang, situasi heroik seperti layaknya saat rakyat berbondong-bondong membela tanah air itu tidak dapat ditemui sekarang, apa penyebabnya, tentu saja ini menjadi pekerjaan pemerintah untuk mencarai akar persoalannya.

10 November sebagai hari pahlawan juga memberikan arti kepada kita tentang makna kepahlawanan, bahwa kata pahlawan yang disematkan pada seseoarang adalah merupakan simbol, dimana simbol tersebut tidak akan memiliki arti jika tidak memiliki keterkaitan dengan rakyat, bahwa mereka yang disebut sebagai seorang pahlawan tidak akan memiliki arti jika mereka tidak memiliki dukungan rakyat, bahwa orang-orang besar dapat menjadi besar karena mereka dekat, menyatu dengan rakyat dan karena itu mereka mengerti memahami kehendak rakyat, karena itu pula mereka mendapatkan dukungan dari rakyat.
Konsepsi kepahlawanan sendiri masih memiliki kerancuan, selam orde baru berkuasa, arti kata pahlawan melekat erat pada tentara, seakan akan mereka yang bukan berstatus sebagai tentara tidak memiliki andil dalam perjuangan bangsa dan karena itu mereka tidak layak disebut sebagai pahlawan, kita bisa melihat ini pada simbol-simbol publik seperti taman makam pahlawan yang hanya diperuntukkan bagi tentara, bahkan mungkin pemahaman seperti ini masih bertahan sampai sekarang, bandingkan dengan simbol pahlawan devisa yang disematkan kepada para tenaga kerja indonesia (TKI) yang berkerja di luar negeri, predikat tersebut tidak berarti apa-apa bagi mereka, bahkan saat mereka mendapatkan perlakuan tidak manusia di luar negeri, pemerintahpun tak dapat melakukan banyak hal.

Akhir-akhir ini kita seringkali mencermati pada media massa tentang opini pengangkatan mendiang Presiden RI Soeharto menjadi pahlawan Nasional, termasuk juga Gur Dur. Soeharto adalah ikon orde baru, dalam sejarahnya membentang peristiwa yang sampai hari ini belum pernah diadili secara tuntas, mulai dari peristiwa pembataian pada tahun 1965, penghilangan paksa aktivis yang menentang kekuasaannya, sampai soal korupsi keluarga cendana dan banyak lagi, walaupun diluar itu Soeharto juga memiliki peran dalam proses pembangunan Indonesia di masa kekuasaannya. Tentang Gus Dur, pengaruhnya sangat luar biasa bukan hanya di mata pemeluk Islam tapi juga hampir seluruh elemen masyarakat yang kagum akan pemaham inklusif dan toleransinya yang tinggi antara sesama pemeluk agama di Indonesia. Apakah Soeharto atau Gus Dur layak disebut sebagai pahlawan atau tidak,  yang pasti seorang pahlawan tidak mengharapkan pamrih apapun, termasuk juga predikat pahlawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar