Menubar

Senin, 01 Maret 2010

Pilihan atau Pertaruhan


-->
Manakah yang paling tepat, apakah hidup itu sebuah pilihan atau sebuah pertaruhan? Apakah sebuah pilihan atau sebuah pertaruhan, kalau menurutku ini sangat bergantung dengan situasi obyektif dimana individu sedang dihadapkan.
Dunia kita sekarang adalah dunia yang tidak ramah, tidak alamnya, tidak manusianya, sama-sama tidak ramah, bencana alam seperti gempa bumi chile baru-baru ini, tsunami 2004, atau kasus seperti traficking adalah bukti yang cukup untuk membenarkan pernyataan saya, saya pikir anda tidak perlu meragukannya. Kemudian, dunia kita sekarang adalah dunia yang penuh persaingan, dimana manusia seringkali menghalalkan segala cara atas nama persaingan dan mempertahankan hidup, bukankah ini kondisi yang sangat menyakitkan? Ya bagi banyak orang tentu menyakitkan hidup di dunia yang tidak ramah bagi mereka, mereka harus mengorbankan sesuatu agar dapat bertahan, tapi tentu saja ada segelintir orang yang aman dari situasi ini. Jika boleh digambar sebuah piramida manusia, segelintir orang inilah yang menikmati kesenangan di atas pengorbanan banyak manusia. Logika ini adalah logika rakyat kecil, yang tentu saja berbeda dengan logika para penguasa, bagi orang-orang yang berkuasa itu, mereka rakyat kecil adalah manusia yang tidak sanggup bersaing. Apa benar logika ini? Terserah andalah yang menilainya.
Dunia kita sekarang adalah dunia dimana sisi liberal individu dieksploitasi sedemikian rupa, beratus tahun ini sudah dipraktekkan tanpa ada koreksi, menjadi logika berfikir, menjadi persepsi umum masyarakat manusia modern, jadilah pula ini sebagai kewajaran umum, walaupun hakekatnya ini adalah tidak wajar. Logika berfikir yang menempatkan persaingan di atas segala-galanya justru secara nyata telah menunjukkan wajah terburuknya, watak ini telah mengubah manusia menjadi monster bagi manusia lainnya, mengubah lingkungan alamiyah rusak dan melahirkan bermacam-macam bencana, ini adalah akumulasi dari kerakusan manusia sebagai akibat persaingan global tanpa kendali.kita seperti tidak memiliki ruang lain kecuali kita harus ikut bersaing dan menjadi monster bagi sesama manusia, anda yang mencoba mempraktikkan keseimbangan akan tergilas oleh arus persaingan yang sangat kuat. Seperti tidak ada jalan bagi manuisia saat ini untuk mengkonsolidasikan keseimbangan hidup.
Hidup di dunia seperti ini, menjadikan individu manusia kehilangan ideaalismenya, ia harus pragmatis dalam menjalankan roda kehidupan, karena mereka yang idealis tidak akan mendapatkan apa-apa dari kenikmatan hidup dunia sekarang. Ini adalah gambaran dari persepsi umum masyarakat atas peradaban manusia modern. Gambaran yang justru membuat wajah manusia beringas dan lebih mirip sebagai pemangsa.
Tapi, saya harus mencatat bahwa, bagaimanapun realitas hari ini, sudah barang tentu ini dimulai dari idealisme individu yang pragmatis untuk membentuk dunia seperti yang mereka inginkan, dan merupakan keinginan orang lain, dunia diamana yang ada hanya kepentingan segelintir dan mengorbankan kepentingan banyak orang, hakekatnya mereka, para penguasa dan pemilik modal itulah yang memainkan arus kehidupan dunia dan menjadi arus umum manusia sekarang. Anda yang hanya memiliki idealisme tapi tidak cukup mempunyai modal atau kekuasaan tidak akan pernah mampu merealistiskan idealime anda kedalam dunia real. Dalam dunia ini, dari sisi yang paling kecil, sampai sisi yang paling besar, semuanya sudah terkooptasi ke dalam kepentingan modal yapng hanya dimiliki segelintir orang di atas. Situasi ini bukan Cuma terjadi dilapangan ekonomi atau politik saja, bahkan pola hubungan sosial sudah sejak awal dibangun di atas dasar eksploitasi persaingan ini. Lalu bagaimana anda menghadapi realitas seperti ini?
Dalam wilayah apapun anda menempatkan posisi anda, anda tidak akan lepas dari yang namnya persaingan ini, itu sudah pasti, tapi selagi persaingan ini dalam batas wajar dan tidak mengeleminasi kepentingan banyak orang atas nama kepentingan diri sendiri, saya pikir ini adalah keseimbangan, karena bagaimanapun bersaing adalah salah satu watak manusia yang secara alamiyah dimiliki manusia. Saat anda dibenturkan pada sebuah situasi dimana anda harus menentukan pilihan dalam hidup anda yang akan berpengaruh di masa-masa anda yang akan datang, dalam kaitan memangun relasi sosial yang penuh persaingan, dunia kita sekarang justru menjadikannya lebih pada pertaruhan, setiap manusia bertaruh dalam kadarnya masing-masing, tapi dalam budaya hidup seperti ini, pilihan kita adalah taruhan kita.
Dalam kehiduapan sudah barang tentu ada arus besar yang menggerakkan manusia sesua lajur arus tadi, arus-arus kecil hanya mengikuti arus besar dan selalu berada disekitarnya, masalahnya adalah, individu yang memiliki idealisme tapi tidak cukup mampu membuat arus yang cukup besar atau bahkan besar sekali, sudah tentu ia akan tergerus arus, mungkin gambaran inilah yang tepat untuk menjelaskan saat orang mengorbankan idealismenya untuk kepentingan pragmatisnya. Dan memang selalu menyakitkan bagi yang memahami situasi ini, tapi tidak mampu merubah arus tadi sesuai kepentingannya, karena bukankah setiap manusia dalam persepektif modern hari ini selalu punya kepentingan?
Hanya mereka yang berani memilih dan bertaruh sekaligus, dan sanggup mempertanggungjawabkan apa yang telah jadi pilihannya yang akan sanggup membuat arus besar yang akan mengumpulkan arus-arus kecil kedalam lingkarannya,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar