Menubar

Sabtu, 06 Maret 2010

Momentum Hari Perempuan Sedunia

-->
SETIAP tahun pada tanggal 8 bulan maret, persisnya besok adalah perayaan hari perempuan sedunia, perayaan ini dalam sejarahnya merupakan simbol perlawanan kaum perempuan terhadap situasi sosial yang menindas mereka, sebuah perlawanan terhadap ketidak adilan di tengah kebangkitan industrialisasi modern. 
Gagasan tentang perayaan ini pertama kali dikemukakan pada saat memasuki abad ke-20 di tengah-tengah gelombang industrialisasi dan ekspansi ekonomi yang menyebabkan timbulnya protes-protes mengenai kondisi kerja. Kaum perempuan dari pabrik pakaian dan tekstil mengadakan protes pada 8 Maret 1857 di New York City. Para buruh garmen memprotes apa yang mereka rasakan sebagai kondisi kerja yang sangat buruk dan tingkat gaji yang rendah. Para pengunjuk rasa diserang dan dibubarkan oleh polisi. Kaum perempuan ini membentuk serikat buruh mereka pada bulan yang sama dua tahun kemudian. Sementara di Barat, Hari Perempuan Internasional dirayakan pada tahun sekitar tahun 1910-an dan 1920-an, tetapi kemudian menghilang. Perayaan ini dihidupkan kembali dengan bangkitnya feminisme pada tahun 1960-an. Pada tahun 1975, PBB mulai mensponsori Hari Perempuan Internasional. 
Substansi dari perayaan hari perempuan adalah perjuangan melawan ketidak adilan yang menindas mereka, dalam sejarah memang tidak bisa dipungkiri bahwa perempuan seringkali diposisikan sebagai manusia kelas dua, perspektif ini menempatkan mereka sebagai manusia yang sangat rentan dilanggar hak-haknya, perjuangan kaum perempuan haruslah diukur bukan semata-mata dalam takarannya memperjuangkan gender, tapi lebih dari itu, adalah perjuangan melawan ketidak adilan terhadap kemanusian, yang dalam kehidupan sosial mereka sangat dekat dengan penindasan karena kelemahan fisiknya. Saat feminisme yang mulai muncul di akhir abad 20, ia semakin memantapkan posisi perempuan, tuntutan atas emansipasi, persaman hak dalam seluruh lapangan hidup memberikan kesempatan yang luas bagi kaum perempuan untuk mempergunakan hasil perjuangannya itu, walaupun perjuangan mereka memang kemudian diakui dunia, tapi perempuan hari ini dihadapkan pada tantangan-tantangan dunia baru yang justru membuat mereka larut dalam kemenangan.

Dalam kultur budaya Indonesia lama, situasinya memang tidak jauh berbeda dimana perempuan ditempatkan sebagai manusia kelas dua, begitu banyak kebiasaan dat adat yang mengatur pembatasan terhadap apa saja yang boleh seorang perempuan lakukan, aturan-aturan yang membuat perempuan tidak manusiawi itulah yang dulu coba dilawan oleh tokoh semacam Kartini, melalui surat-suratnya. Walaupun tradisi emansipasi wanita tidak kemudian menjadi kesadaran umum masyarakat Indonesia, tapi paling tidak gaung dan tren perubahannya masih dan akan terus bergulir sampai mereka benar-benar memahami arti perempuan itu sendiri. 

Perkembangan dunia yang semakin liberal membuat perempuan tak pelak berperilaku liberal, penindasan gaya baru sedang terjadi pada kaum perempuan, liberalisme menempatkan mereka dah bahkan seluruh umat manusia sebagai komoditas, dalam lapangan ekonomi, dan dalam persaingan hidup, slogan-slogan emansipasi wanita, dan persamaan derajat dengan kaum pria, saat ini identik dengan situasi dimana perempuan ingin lari dari tanggungjawab sosialnya dalam masyarakat, seolah-olah seluruh apa yang menjadi tanggungjawab sosial perempuan dalam masyarakat, ingin mereka buang jauh-jauh, dan melupakan substansi bahwa sebagai manusia yang jelas berbeda dari kaum laki-laki mereka jelas memiliki fungsi yang berbeda pula. Emansispasi wanita seringkali justru dijadikan pembenaran terhadap perilaku liberal perempuan. 

Transisi pemahaman pemahaman tentang perempuan yang belum semuanya tuntas pada masyarakat kita, sangat rentan ternodai oleh pandangan-pandangan liberal yang mengekploitasi perempuan, kaum prempuanpun seringkali justru tidak menyadari ekploitasi atas diri mereka, inilah barangkali musuh kaum perempuan saat ini selain yang paling nyata adalah penindasan atas kemanusiaan mereka. 

Di momentum hari permpuan ini, adalah relevan untuk kemudian menyampaikan aspirasi perjuangan ini, membangkitkan kesadaran kaum perempuan agar ikut berjuanang melawan ketidak adilan atas diri mereka dan ketidak adilan atas situasi sosial yang menindas mereka dan seluruh umat manusia. 

Hidup Perempuan…!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar